Minggu, 17 Oktober 2010

Eksperimen Laboratorium

Eksperimen dan praktik laboratorium merupakan bagian dari metoda pengajan sains ini. Bekerja di labratorium sains adalah suatu hal yang melibat benda nyata dan juga mengamati perubahan yang dapat diamati. Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman menuju gereralisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini.
Pengajaran sains melalui metoda praktek lab dapat berperan sebagai:
  • untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis, persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
  • untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan
  • untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya
  • untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah. Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan yang beragam dan cocok dalam pemakaian metoda praktek laboratorium, hal ini akan dijelaskan lebih lengkap kemudian.
Suatu hal yang sangat jelas terlihat adalah potensi praktek laboratorium yang bisa dimanfaatkan untuk melatih dan mengembangkan keahlian siswa dalam memacahkan masalah secara ilmiah. Ketika tujuan ini ditetapkan hal yang perlu dilakukan guru untuk memaksimalkannya adalah memberikan kesempatan waktu pada siswa yang lebih banyak supaya mereka bisa berpikir, berdiskusi, membuat perencanaannya sendiri dna untuk berefleksi atas hasil yang didapat.
Dalam hal pengajaran sains-teknologi dan masyarakat, terdapat dua komponen yang terintegrasi: sains itu sendiri dan cara sains tersebut berinteraksi baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Hal yang dapat diharapkan dari guru sains adalah sebanyak mungkin menarik perhatian siswa dengan melibatkan apa yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa berada. Cara yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan percobaan yang ada di lingkungan sekitar dibanding alat dan bahan yang hanya ada di laboratorium.

http://netsains.com/2008/03/tujuan-pengajaran-sains-di-laboratorium/

Minggu, 10 Oktober 2010

Field Study

Sebuah studi lapangan adalah istilah yang digunakan oleh naturalis untuk ilmiah studi binatang liar hidup bebas di mana subjek yang diamati dalam alam mereka habitat , tanpa mengubah, merusak, atau material mengubah pengaturan atau perilaku \ \ dari hewan yang diteliti.
Studi lapangan merupakan bagian tak terpisahkan dari ilmu biologi. Ini membantu untuk mengungkapkan kebiasaan dan habitat berbagai organisme hadir dalam lingkungan alam mereka.

( Wikipedia ) 

Jumat, 08 Oktober 2010

Produktivitas kelompok

            Menurut Steiner, salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian kelompok adalah sampai sejauh mana produktivitas suatu kelompok. Semakin produktif suatu kelompok, semakin baik kelompok, begitu sebaliknya. Kiranya, tidak ada kelompok yang ingin tidak produktif. Namun demikian, produktivitas suatu kelompok akan ditentukan oleh beberapa determinan, yaitu ( a ) apa yang dituntut oleh tugas ( task demands ), ( b ) sumber daya kelompok ( resources ), dan ( c ) proses ( Steiner dalam Shaw dan Coztanzo, 1985 ).
            Task demand mencakup requirement atau persyaratan yang dituntut oleh kelompok. Misalnya, task demand dapat dianalogikan sebagai rencana pembuatan sebuah gedung yang mendeskripsikan tentang struktur, material, dan sebagainya serta langkah-langkah yang diperlukan. Task demand menentukan resource yang dibutuhkan.
            Resource mencakup segala kemampuan yang terkait, misalnya keterampilan, alat-alat ( tools ), dan sebagainya, pada anggota kelompok yang akan mengerjakan tugas. Distribusi resource yang ada dalam kelompok merupakan hal penting pula dalam kaitannya dengan produktivitas kelompok.
            Proses adalah langkah-langkah ( steps ) yang diambil oleh kelompok dalam menjalankan tugasnya. Langkah-langkah mencakup interpersonal serta intrapersonal action yang menyangkut, baik productive maupun nonproductive action.

( Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.  Penerbit ANDI. Yogyakarta )

Kamis, 07 Oktober 2010

Teori Sintalitas Kelompok

            Teori sintalitas kelompok dikemukakan oleh Cattel dan merupakan pendekatan secara teoritis. Pendekatan demikian disebut pendekatan empirical-statistical oleh Cartwright dan Zender serta sebagai transorientational oleh Shaw dan Costanzo ( Shaw, 1979 ).
            Teori Cattel mengandung dua bagian yang berkaitan satu dengan lainnya ( interrelated ), yaitu satu bagian berkaitan dengan dimensi keompok dan yang lain berkaitan dengan dinamika sintalitas. Dimensi kelompok mengandung tiga kategori atau panel, yaitu : sifat-sifat populasi ( population traits ), sifat-sifat sintalitas ( syntality traits ), dan sifat-sifat struktur internal ( characteristics of internal structure ).
            Sifat-sifat populasi adalah sifat-sifat individu yang membentuk kelompok. Sifat-sifat individu yang membentuk kelompok. Sifat-sifat pribadi independen dari kelompok dan akan dibawa ke kelompok apabila individu sebagai anggota kelompok. Untuk menggambarkan sifat populasi, Cattel menggunakan rerata sifat-sifatnya, misalnya rerata intelegensi dan rerata sikap terhadap masalah.
            Sintalitas didefinisikan sebagai kepribadian kelompok ( the personality of the group ) atau lebih tepat sebagai setiap efek yang dipunyai oleh kelompok secara total. Sifat-sifat  sintalitas merupakan pengaruh adanya kelompok sebagai totalitas, baik terhadap kelompok lain maupun lingkungan di mana kelompok berada. Kita dapat menyimpulkan sintalitas kelompok dari perilaku yang tampak, misalnya agresivitas suatu kelompok terhadap kelompok lain.
            Sifat-sifat struktur internal adalah hubungan antaranggota kelompok dan sifat-sifat struktur yang dipantulkan dalam pola organisasi kelompok. Peran, klik, status, dan jaringan komunikasi merupakan contoh struktur internal.
            Hubungan antara ketiga panel adalah saling bergantung satu dengan yang lain ( interdependency ). Apabila kita telah mengetahui hukum-hukum dalam perilaku kelompok, maka akan dapat memprediksi salah satu panel apabila dua panel yang lain telah diketahui pula. Misalnya, apabila kita telah mengetahui pula sifat-sifat populasi serta struktur internal, maka dapatlah memprediksi sifat-sifat sintalitas kelompok. Misalnya sifat-sifat individu anggota kelompok akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman aspek budaya yang melingkupi kehidupan anggota.

( Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.  Penerbit ANDI. Yogyakarta )

Senin, 04 Oktober 2010

Macam-macam Kelompok

1. Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok; ada kelompok yang kecil dan ada kelompok yang besar.  Menurut Shaw ( 1979 ), kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri atas 20 orang atau kurang, walaupun dalam banyak hal perhatian atau penelitian lebih dipusatkan pada kelompok yang beranggotakan lima orang atau kurang. Kelompok yang terdiri atas lebih dari 20 orang termasuk kelompok besar.
2. Tujuan; Orang-orang yang mempunyai tujuan sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok belajar dan kelompok koperasi.
3. Value ( nilai ); Orang-orang yang mempunyai nilai sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok keagamaan.
4. Duration ( waktu lamanya ); Dalam hal ini, ada kelompok yang jangka waktunya pendek, misalnya kelompok belajar umumnya waktunya relatif pendek. Apabila tujuannya telah tercapai, lalu bubar. Hal ini berbeda dengan kelompok keluarga yang relatif cukup lama, misalnya kelompok keluarga Pangarsan.
5. Scope of activities; Misalnya, keluarga merupakan kelompok yang mengandung banyak aktivitas. Hal ini berbeda misalnya dengan kelompok belajar yang aktivitas sangat terbatas.
6. Minat; Orang-orang yang mempunyai minat sama akan membentuk kelompok tersendiri, misalnya kelompok pemancing dan kelompok penunggang kuda.
7. Daerah asal; Orang-orang yang berasal dari daerah sama akan membentuk kelompok, misalnya kelompok mahasiswa daerah Kebumen, kelompok orang-orang yang berasal dari daerah Wonosari, dan sebagainya..
8. Formalitas; Ada kelompok yang formal dan ada kelompok yang informal. Misalnya, kelompok profesi pembimbing pada umunya merupakan kelompok formal, sedangkan kelompok orang-orang jalan pagi merupakan kelompok informal.

Namun demikian, karena seseorang dapat memasuki berbagai macam kelompok, maka kelompok seseorang dapat tumpang tindih, dalam arti masuk dalam kelompok atas dasar minat dan masuk dalam kelompok atas dasar yang lain juga.


( Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.  Penerbit ANDI. Yogyakarta )

Pengertian Kelompok ( 1 )


Para ahli tidak memiliki kata sepakat mengenai pengertian atau definisi kelompok. Hal tersebut bukanlah hal yang aneh karena masing-masing ahli mempunyai sudut pandang yang berbeda satu dengan yang lain. Keadaan demikian merupakan keadaan yang biasa dalam ilmu noneksak, termasuk dalam Psikologi. Seperti halnya psikologi memiliki beberapa macam definisi, demikian pula dalam definisi mengenai kelompok. Kita dapat memandang pengertian kelompok dari beberapa macam definisi, demikian pula dalam definisi mengenai kelompok. Kita dapat memandang pengertian kelompok dari beberapa macam sudut pandang, dari segi persepsi, motivasi, tujuan, interdependensi, struktur, serta dari segi interaksi.
Pengertian kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lain. Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Smith, 1945 ( dalam Shaw, 1979:4 ) : “ We may define a social group as a unit consisting of a plural number of separate organisms ( agents ) who have a collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a unitary manner  toward their environment “. Dalam hal ini, Smith menggunakan istilah social group sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka.
Pengertian yang didasarkan pada motivasi misalnya dikemukakan oleh Bass ( dalam Shaw, 1979:7 ), “ We define group as a collection of individuals whose existence as a collection is rewarding to the individuals “. Titik berat pengertian lebih pada adanya rewarding  dari kelompok terhadap individu-individu yang ada dalam kelompok. Bass menggunakan istilah group, bukan social group.
Disamping pengertian kelompok atas dasar motivasi, ada pula pengertian kelompok atas dasar tujuan. Pengertian kelompok atas dasar tujuan adalah dekat dengan definisi atas dasar motivasi. Misalnya, pengertian kelompok yang dikemukakan oleh Mills ( dalam Shaw, 1979:8 ) menyatakan, “ Just what are these small group we are referring to ? To put it simply, they are units composed of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact meaningful “. Dari apa yang dipaparkan oleh Mills, kesimpulannya adalah titik berat dalam pengertian kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful. Oleh karena itu, seperti telah dipaparkan sebelumnya tinjauan atas dasar motivasi. Dalam hal ini, Mills menggunakan istilah the small group, bukan social group atau hanya group.
Di samping itu, ada definisi kelompok yang dilihat dari segi interdenpensi, yaitu saling bergantung satu dengan yang lain. Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Fiedler ( dalam Shaw, 1979:9 ), yaitu : By this term ( group ) we generally  mean a set of individuals who share a commont fate, that is who are interdependent in the sense that an event which affect one member is likely to affect all. Pendapat yang senada dengan Fiedler dikemukakan oleh Cartwright dan Zander ( dalam Shaw, 1979:9 ) sebagai berikut : A group is a collection of individuals who have relations to one another that make them interdependence to some significant degree. As so defined, the term group refers to a class of social entities having in common the property of interdependence among their constituent members. Apabila kita analisis pandangan atas dasar interdepensi tidaklah jauh berbeda dengan pandangan atas dasar interaksi.
Contoh pandangan atas dasar interaksi dapat dikemukakan sebagai berikut : A group is a number of people in interaction with one another, and it is this interaction process that distinguishes group from an aggregate ( Bonner dalam Shaw, 1979:10 ).
Pengertian kelompok atas dasar struktur dapat mengambil contoh pendapat dari Sherif dan Sherif sebagai berikut : A group is a social unit which consist a number of individuals who stand in ( more or less ) definite status and roles relationship to one another and which possesses a set of values or norms of its own regulating the behavior of individual members, at least in matter of consequence to the group ( Sherif dan Sherif, 1956 dalam Johnson dan Johnson, 2000 ). Selain pengertian-pengertian di atas, ada baiknya kita mengetahui pengertian kelompok yang dikemukakan oleh Brigham ( 1991:227 ): Group : Two or more people who interact with and influence each other and are held together by common interest or goals. Dalam kaitan dengan pengertian kelompok, kita dapat melihat adanya interaksi, pengaruh, serta tujuan bersama.

( Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.  Penerbit ANDI. Yogyakarta )


Dinamika Kelompok


Psikologi Kelompok dapat pula disebut Dinamika Kelompok. Saat membicarakan dinamika kelompok, orang tidak dapat melupakan nama Kurt Lewin. Kurt Lewin dapat disebut tokoh dalam dinamika kelompok. Kelompok pada umumnya menunjukkan keadaan yang aktif, bersemangat, dan berubah, bersifat dinamis. Oleh karena itu, Psikologi Kelompok pun disebut Dinamika Kelompok ( Forsyth, 1999 ). Dinamika kelompok merupaka ilmu yang relatif masih muda. Suatu persoalan yang mendasar adalah perubahan apa yang terjadi pada diri seseorang dalam performanya apabila ada orang lain.

( Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.  Penerbit ANDI. Yogyakarta )